Awal perkenalanku dengan seorang pria setengah baya, di sebuah rumah sederhana di daerah pinggiran kota Hamma, Suriah.

Kusebut saja namanya Abdullah, orang yang ramah dengan penampilan sederhana. Beliau memperkenalkan dirinya sekaligus menjawab pertanyaanku seputar profesinya.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh yaa syaikh, bolehkah aku tahu apa pekerjaanmu sekarang?” Tanyaku kepadanya.

“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh ana sekarang mengurusi sebuah dapur, yang mana dapur ini menyalurkan makanan ke tempat mujahidin yang sedang ribath di garis depan, sekaligus menyalurkannya ke pos pos mujahidin,” jawab sang syaikh.

“Subhanallah, berapa banyak makanan yang engkau sajikan untuk setiap harinya?”

“Ana setiap hari memasak dan mendistribusikan makanan untuk 1200 personil, itu hanya untuk daerah yang ana pegang, yaitu wilayah Hamma,” sang syaikh menjelaskan secara rinci.

“Mmmm, jadi setiap harinya butuh berapa kilo bahan makanan pokok?” Tanyaku lagi kepadanya.

“Yaa akhi, mudah saja untuk mengetahui berapa kebutuhan harian yang kami keluarkan untuk biaya makan mujahidin. cukup kalikan saja senilai 1$ untuk setiap satu kali makan mereka,” ungkap sang syaikh.

“Yaa Allah, jadi untuk setiap harinya tandzim mengeluarkan senilai 1200$ untuk sekali makan!!” spontan terucap kata dariku.

“Ya begitulah, hitungan itu sudah termasuk biaya 70 pekerja dapur/juru masak, bahan bakar masak, listrik dan keseluruhan biaya transportasi pendistribusian makanan ke tempat ribath dan pos mujahidin,” sang syaikh menegaskan.

“Hmm, untuk setiap hari berapa kali anda memasak dan menyalurkannya ke para mujahidin?”

“Yaa akhi, setiap harinya… kami hanya memasak 1 kali saja, selepas dhuhur kami mendistribusikannya ke wilayah ribath dan pos mujahidin,” kata sang syaikh.

“Yaa syaikh, apakah dapur yang anda kelola seperti ini ada juga di wilayah lain?” tanyaku lagi penasaran.

“Ooh tentu..! Wilayah Allepo, Idlib, Sahl juga mempunyai dapur seperti ini, bahkan mereka menyediakan total lebih dari 10.000 porsi untuk mujahidin. Belum lagi dapur milik muhajirin turkistan,” sang syaikh menjelaskan.

“Masya Allah, terima kasih yaa syaikh semoga Allah membalas atas pekerjaan kalian yang bersusah-payah membantu mujahidin.”

“Waiyyak akhi, semua mukmin sekarang ingin menyumbangkan setiap apa yang dia punya di jalan Allah. semoga kami dengan kemampuan kami juga terhitung di jalan Allah sebagaimana para mujahidin mengazzamkan diri di jalan Allah.”

Pertemuan kami berakhir, dengan permohonan maaf kami meneruskan perjalanan kami untuk tugas berikutnya. Kami bergegas pergi meninggalkan rumah tersebut dan merekapun kembali sibuk dengan tugas tugas mereka.

Namun setelah pertemuan singkat tersebut, sebuah gambaran baru terlintas dalam pikiranku. Beberapa poin penting dapat kuambil dari percakapan tersebut, yaitu;

1. Tandzim mengeluarkan banyak sekali uang untuk menghidupkan jihad dan ribath.
2. Tandzim memiliki berbagai divisi, dan setiap divisi tersebut membutuhkan biaya untuk operasi harian.
3. Pemasukan tandzim salah satu yang terbesar adalah dari ghanimah (rampasan perang) berarti harus dijual dulu demi kelangsungan operasional harian.
4. Sebuah kenyataan yang harus dipahami seluruh mujahidin, pemanfaatan ghanimah adalah diprioritaskan untuk keberlangsungan jihad itu sendiri.

Sedangkan ada orang-orang yang berpaham Daulah Baghdadi selalu menghasut dan memberikan tuduhan miring tentang ghanimah Jabhah yang tidak dibagi secara syar’i.

Tuduhan tersebut adalah tuduhan yang tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan menunjukkan kecenderungan mereka terhadap harta dunia yang terselip dalam perjuangannya. Wallahu a’lam baik mereka sadar ataupun tidak sadar.

Sebuah catatan ringkas ini semoga dapat memberikan sedikit gambaran tentang fenomena jihad di bumi Syam. Bahwasanya mujahidin yang menjadi benteng pertama dalam mempertahankan izzah Dien ini, mereka bersabar dalam hal makan.

Sebuah pelajaran bagi saudara muslim di belahan bumi lainnya untuk membantu secara riil dan doa adalah suatu kewajiban.

Karena bumi Islam itu satu.!!!
Karena muslim itu bersaudara.!!!
Karena tidak akan ada kemuliaan tanpa jihad.!!!
Dan Allah akan meminta pertanggung jawaban atasnya.!!!

WallAhu A’lam Bishawab.

– Diceritakan oleh Mujahidin dari Indonesia –

(tgr/ansharalislam)